Rabu, 17 September 2008

Download Kamus (pdf)




Sabtu, 30 Agustus 2008

Download E-book Ramadhan








Download Jadwal Imsakiyah Romadlon 1429 H


Teman-teman yang menginginkan file Jadwal Imsakiyah 1429 H dengan filetype:xls, silakan download di sini.

Untuk megetahui jadwal Imsakiyah di kota Anda, pada kolom yang telah ditentukan, pilihlah nama kota Anda. Selain itu, Anda juga dapat memasukkan nama kota yang ingin Anda ketahui.

Kamis, 17 Juli 2008

Download Cerita Fiksi

  1. Abunawas Sang Penggeli Hati karya Mb Rahimsyah, [Download]
  2. Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Saerozi, [Download]
  3. Bekisar Merah karya Ahmad-Tohari, [Download]
  4. Cintaku Di Kampus Biru karya Ashadi Siregar, [Download]
  5. Di Atas Sajadah Cinta karya Habiburrahman El Saerozi, [Download]
  6. Kapas-Kapas Di Langit karya Pipiet Senja, [Download]
  7. Ketika Cinta Bertasbih - Episode 1 karya Laode M. Kamaluddin, [Download]
  8. Ketika Cinta Bertasbih - Episode 2 karya Laode M. Kamaluddin, [Download]
  9. Kugapai Cintamu karya Ashadi Siregar, [Download]
  10. Lintang Kemukus karya Ahmad-Tohari, [Download]
  11. Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Saerozi, [Download]
  12. Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Saerozi, [Download]
  13. Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, [Download]
  14. Terminal Cinta Terakhir karya Ashadi Siregar, [Download]
  15. Trilogi-1-Ronggeng-Dukuh-Paruk karya Ahmad-Tohari, [Download]
  16. Trilogi-2-Ronggeng-Dukuh-Paruk Lintang Kemukus Dini Hari karya Ahmad-Tohari, [Download]
  17. Trilogi 3 Ronggeng Dukuh Paruk Jentera Bianglala karya Ahmad-Tohari, [Download]
  18. Tujuh Manusia Harimau-1 karya Motinggo Busye, [Download]

Sutardji Calzoum Bachri

IDULFITRI
Karya Sutardji Calzoum Bachri

lihat
pedang taubat ini menebas hati
dari masa lampau yang lalai dan sia-sia
telah kulaksanakan puasa Ramadhanku
telah kutegakkan shalat malam
telah kuuntai wirid tiap malam dan siang
telah kuhamparkan sajadahku
yang tak hanya menuju Ka'bah
tapi ikhlas mencapai hati dan darah

dan di malam Qadar aku pun menunggu
namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya

maka aku girang-girangkan hatiku
aku bilang
tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malam
belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang
namun si bandel tardji ini sekali merindu
takkan pernah melupa
takkan kulupa janjiNya
bagi yang merindu insyaAllah kan ada mustajab cinta

maka walau tak jumpa denganNya
shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini
semakin mendekatkan aku padaNya
dan semakin dekat
semakin terasa kesiasiaan pada usia lama yang lalau berlupa

O lihat Tuhan kini si bekas pemabuk ini
ngebut
di jalan lurus
jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoar
tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia
kini biarkan aku menenggak marak cahayaMu
di ujung sisa usia

O usia lalai yang berkepanjangan
yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus
Tuhan jangan Kau depakkan lagi aku di trotoar
tempat dulu aku menenggak arak di warung dunia

maka pagi ini
kukenakan zirah la ilaha illallah
aku pakai sepau siratul mustaqiem
akupun lurus menuju lapangan tempat shalat ied
aku bawa masjid dalam diriku
kuhamparkan di lapangan
kutegakkan shalat
dan kurayakan kelahiran kembali
di sana

1987

W. S. Rendra



RUMPUN ALANG-ALANG
Karya : W. S. Rendra

Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal
Gelap dan bergoyang ia
dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
tapi alang-alang tumbuh di dada





SURAT CINTA
Karya : W. S. Rendra

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan.
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu :
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain ......
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit :
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.
Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !

Rabu, 16 Juli 2008

Toto Sudarto Bachtiar



GADIS PEMINTA-MINTA
Karya : Toto Sudarto Bachtiar

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemanjaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara Katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu tak ada yang punya
dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda.

Taufik Ismail



KABUT DALAM HUJAN JANUARI
Karya : Taufik Ismail

Saat angin dan kabut Januari
Berkejaran di atas atap-atap kota
Serasa murid-muridku untukku bernyanyi
‘Hari ini Nestapa Menyapa’

adakah dingin dlam bunyi senja
yang bernapas pelan dalan gugur daunan
sampai padamu warna-warna serupa
dan menyuarakan angin yang gemetaran

di sini aku duduk, jendela kabut berjalin dingin
numga di luar musimnya ungu mengangguk-angguk
kujamah hati kamar ini dan merasa sangat inginberkata, di sini kau mestinya merenda duduk

dan deru di langit yang tak lagi biru
berdenyar-denyar dalam gugusan badai
adakah itu yang kauberi nama rindu
berpijar-pijar namun tak sempat sampai

adalah jalanan yang masuk dalam malam
bertebaran serta basah daun berjuta
napas kanut antara desah pohonan
menyapu lenggang lewaat jendela





TENTANG SERSAN NISCHOLIS
Karya : Taufik Ismail

Seorang sersan
Kakinya hilang
Sepuluh tahun yang lalu

Setiap siang
Terdengar siulnya
Di bengkel arloji

Sekali datang
Teman-temannya
Sudah orang resmi

Dengan senyum ditolaknya
Kartu anggota
Bekas pejuang

Sersan Nurcholis
Kakinya hilang
Di zaman revolusi

Setiap siang terdengar siulnya
Di bengkel arloji

Sutan Takdir Alisjahbana



BERTEMU
Karya : St. Takdir Alisjahbana

Aku berdiri di tepi makam.
Suria pagi menyinari tanah,
Merah muda terpandang di mata,
Jiwaklu mesra tunduk ke bawah.
Dalam hasrat bertemu muka,
Melimpah mengalir kandungan rasa.

Dalam kami berhadap-hadapan
Menembus tanah yang tebal,
Kuangkat muka melihat sekitar:
Kuburan berjajar beratus-ratus:
Tanah memerah, rumput merimbun,
Pualam bernyanyi, kayu berlumut.

Sebagai kilat nyinar di kalbu:
Sebanyak itu curahan duka,
Sesering itu pula menyayat,
Air mata cucur ke bumi.
Wahai adik, berbaju putih
Dalam tanah bukan sendiri !

Dan meniaraplah jiwaku papa
Di kaki Khalik yang esa:
Di depan-Mu dukaku duka dunia,
Sedih kalbuku sedih semesta.
Beta hanya duli di udara
Hanyut mengikut dalam pewana.

Sejuk embun turun ke jiwa
Dan di mata menerang Sinar.





BISIK HIDUP
Karya : St. Takdir Alisjahbana

Ketika beta membuka jendela tersentuhlah pucuk kembang pengantin yang muda gembira memanjat di hadapan kantorku.

Patahlah ia dan gugur ke bumi.
Sesal hatiku memikirkan ganas perbuatan memutuskan hidup yang seriang itu menggelung ke atas …

Hari ini beta membuka jendela pula.
Mataku mencari batang menjalar, tiada berpucuk tiada berkuncup.

Ke manakah perginya ?
Kubelai kucumbu sekar indah bermegah, kukuakkan daun rimbun mengalun.

Tampaklah beta tempat pucuk terpatah:
Menghijau tunas muda tergeletak di sinar syamsu, girang jenaka julai lampai menghojah langit.

Dan mesralah berbisik Hidup dalam kalbuku.




MENUJU KE LAUT
Karya : St. Takdir Alisjahbana

Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat :

“Ombak ria berkejar-kejaran
di gelanggang biru bertepi langit
Pasir rata berulang dikecup,
tebing curam ditantang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega.”

Sejak itu jiwa gelisah,
Selalu berjuang, tiada reda,
Ketenangan lama rasa beku,
gunung pelindung rasa penggalang.
Berontak hati hendak bebas,
menyerah segala apa mengadang.

Gemuruh berderau kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya,
Gegap gempita suara mengerang,
dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti
pekik dan tempik sambut menyambut

Tetapi betapa sukarnya jalan,
badan terhempas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut,
namun kembali tiadalah ingin,
ketenangan lama tiada diratap
…………………………………..

Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat





Anda ingin melihat riwayat hidup beliau ? Berkunjunglah ke sini.

Selasa, 15 Juli 2008

Slamet Sukirnanto



N G R A Y U N
Karya : Slamet Sukirnanto

Beri Aku
Air di kali

Beri Aku
Air di sawah-sawah

Beri Aku
Kenangan di lembah-lembah

Beri Aku
Kehidupan yang ramah
Seputih cairan getah
Yang terus mengalir
Goresan batang-batang pinus
Bayangannya rebah
Ketika angin
Belum juga berembus

Hati siapa
Mampu mengeja
Terangnya cahaya
Matahari rendah di sana
Kemarau dirimu
Panjang tak mmpu dibelah

Bukit kapur
Tanah tandus
Mimpimu subur
Jangan ! Jangan !
Ada yan g hancur !
Ibu tua
Mendaki bukit
Untuk siapa
Beban berat dibakul
Katakan ! Katakan !
Subuh dan senja
Beredar teratur
Beri Aku



Anda ingin mengenal beliau ? Berkunjunglah ke sini.

Sapardi Djoko Darmono



SELAMAT PAGI, INDONESIA
Karya : Sapardi Djoko Darmono

Selamat pagi, indonesia, seekor burung mungil mengangguk
Dan menyanyi kecil untukmu
Aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
Dan kemudian pergi untuk mewujudkan setia padamu
Dalam kerja yang sederhana
Bibirku tak bisa mengucapkan kata-kata yang sukur
Dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.

Selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
Di mata para perempuan yang sabar,
Di telapak tangan yang membantu para pekerja jalanan,
Kami telah bersahabat dengan kenyataan
Untuk diam-diam mencintaimu.

Pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
Agar tak sia-sia melahirkanku.

Seekor ayam jantan menegak,dan menjeritkan salam
Padamu kubayngkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
Aku pun pergi bekerja, menaklukkan kejemuan,
Merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu demi batu ketabahan, benteng kemerdekaanmu
pada setiap matahari terbit, o anak jaman yang megah,
biarkan aku memandang ke timur untuk mengengmu.

Wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
Para perempuan menyalakan api,
Dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
Telah hancur kristal-kristal dusta, khiamat dan pura-pura.
Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil
Memberi salam kepada si anak kecil;
Terasa benar : aku tak lain memilikimu.




TENTANG MATAHARI
Karya : Sapardi Djoko Darmono

Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayanganmu itu.





BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI
Karya : Sapardi Djoko Darmono

waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan





KAMI BERTIGA
Karya : Sapardi Djoko Darmono

dalam kamar ini kami bertiga:
aku, pisau dan kata --
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya
tak peduli darahku atau darah kata
AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada





MATA PISAU
Karya : Sapardi Djoko Darmono

mata pisau itu tak berkejap menatapmu
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu

Puisi Sanusi Pane



CANDI
Karya : Sanusi Pane

Engkau menahan empasan kala,
Tinggal berdiri indah permai,
Tidak mengabaikan serangan segala,
Megah kuat tak terperai.

Engkau berita waktu yang lalu,
Masa Hindia masyur maju,
Dilayan putra bangsawan kalbu,
Dijunjung tinggi penaka ratu.

Aku memandang suka dan duka
Berganti-ganti di dalam hati,
Terkenang dulu dan waktu nanti.

Apa gerangan masa di muka
Jadi bangsa yang kucinta ini ?
Adakah tanda megah kembali ?





DIBAWA GELOMBANG
Karya : Sanusi Pane

Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu
Tidak berpawang tidak berkawan
Entah kemana aku tak tahu

Jauh di atas bintang kemilau
Seperti sudah berabad-abad
Dengan damai mereka meninjau
Kehidupan bumi yang kecil amat

Aku bernyanyi dengan suara
Seperti bisikan angin di daun
Suaraku hilang dalam udara
Dalam laut yang beralun-alun

Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu
Tidak berpawang tidak berkawan
Entah kemana aku tak tahu





MENCARI
Karya : Sanusi Pane

Aku mencari
Di kebun Hindia.
Aku pesiar
Di kebun Yunani.
Aku berjalan
Di tanah Roma.
Aku mengembara
Di benua Barat.

Aegala buku
Perpustakaan dunia
Sudah kubaca,
Segala filsafat
Sudah kuperiksa.

Akhirnya kusampai
Ke dalam taman
Hati sendiri.

Di sna bahagia
Sudah lama
Menanti daku.

Puisi Rustam Effendi

KOLAM
Karya : Rustam Effendi

Di tengah
kolam yang indah
tenang,
berenang
seekor gangsa
Sayapnya putih
bulunya jernih,
jernih
biji matanya
Bak pulai
leher semampai
junjang
memandang
bercermin air
Renangnya hening
airnya bening
hening
tiada berdesir.

Puisi Piek Ardijanto Soeprijadi

LAGU TANAH AIRKU
Karya : Piek Ardijanto Soeprijadi

Sudahkah kau dengar lagu berjuta nada
Lagu tanah airku yang menggema di seluruh dunia
Dengarkanlah merdu suaranya
Dengarkanlah indah suaranya

Masinis melagu bersama gemuruh mesin
tukang kayu berdendang ditingkah gergaji makan papan
tukang batu bernyanyi bersama semen memeluk bata
nakoda senandung menyanjung ombak menelan haluan
tukang sepatu berlagu mengiring palu menghantam paku
penebang pohon berdendang bersama gema kapak dalam hutan
petani nembang di atas bajak berjemur di lumpur

betapa merdu lagu tanah airku
meletus nyanyi di pagi hari
menegang di rembang siang
melenyap di senja senyap

bila malam mengembang ibu nembang
tidurlah berlepas lelah anakku sayang
lampu bumi bawa mimpi damai dunia
esok masih ada kerja untuk nusa dan bangsa

Puisi Mohammad Diponegoro

GEMPA
Karya : Mohammad Diponegoro

Pabila bumi tergoncang gempa
Dan memuntah ruah segenap muatannya
Lalu berseru manusia : “ Kemana dia ?”
Hari itu bumi sendiri akan berkisah
Karena Tuhanmu memberinya wahyu
Lalu muncul manusia terpisah-pisah
Menyaksikan sendiri kerja tangannya

Setiap zarah kebajikan akan berlipat jua
Setiap zarah dosa akan menempak pula





GAJAH
Karya : Mohammad Diponegoro

Tidakkah kaulihat betapa Allah
telah menumpas pasukan gajah ?
Diakhirinya pertempuran dengan porak poranda
dan dikirimnya burung Ababil berbondong-bondong
menghujani mereka batu-batu bertuah
Dan lumpuhkan mereka bagai daunan dirusak hama





WAKTU SEPENGGALAH MATAHARI
Karya : Mohammad Diponegoro

Demi waktu sepenggalah matahari
dan malam ketika senyap sunyi
tuhanmu tiada meninggalkan kau, ataupun benci
dan sebenarnya apa yang akan terjadi
lebih baik bagimu daripada yang sudah
nanti Tuhanmu pasti memberi anugerah
maka engkau pun akan berpuas hati

Bukankah dahulu ia mendapatmu tak berbapa
lalu memberi perlindungan ?
Dan mendapatimu sedang meranba-raba
lalu menunjukkan jalan ?
dan mendapatimu sedang papa ?
lalu memberi kekayaan ?
Maka terhadap anak tak berbapa
jangan berlaku tak semena-mena
dan pada orang yang meminta-minta
jangan mencaci-cerca
sedang anugerah Tuhanmu, beritakanlah !


PERTOLONGAN
Karya : Mohammad Diponegoro

Pabila datang pertolongan Allah
dan kemenangan (karena terbuka kota Makkah)
dan kaulihat manusia masuk agama Allah berduyun-duyun
maka agungkan Tuhanmu dengan pujian dan mohon ampun
Ia hakikat penerima taubat

Puisi Kutowijoyo

MUSIUM PERJUANGAN

Karya : Kutowijoyo

Susunan batu yang bulat bentuknya
Berdiri kukuh menjaga senapan tua
Peluru menggeletak di atas meja
Menanti putusan pengunjungnya

Aku tahu sudah, di dalamnya
Tersimpan darah dan air mata kekasih
Aku tahu sudah, di bawahnya
Terkubur kenangan dan impian
Aku tahu sudah, suatu kali
Ibu-ibu direnggut cintanya
Dan tak pernah kembali

Bukalah tutupnya
Senapan akan kembali berbunyi
Meneriakkan semboyan
Merdeka atau mati

Ingatlah, sesudah sebuah perang
Selalu pertempuran yang baru
Melawan dirimu.

Puisi Kirdjomulyo

ALBERT MONGINSIDI
Karya : Kirdjomuljo

Darahmu tak kutahu saat menetes, tak kutahu
Tetapi jariku kurasa membasah
Hilang seorang yang berhak dikenang

Wajahmu tak kutahu saat istirah
Tetapi kurasa menatapku
Datang seorang yang berhak mendapatkan setia

Albert betapa kau masih remaja

Tetapi dari segala yang tidak kutahu
Satu hal mengikat adamu dan adaku
Kau melawan dan mencintai yang berhak digenggam

Kuburmu tak pernah kutahu
Tetapi kusedia tempat bagimu dalam hatiku
Dan seuntai karangan bunga yang kekal

Kau telah memilih jalan terbaik
Dari segenap kematian yang bertanda
Dari segenap kehidupan yang berhak dicintai

Puisi I Gusti Putu Antara

MAKAM-MAKAM
Karya : I Gusti Putu Antara

makam-makam tertanam penuh makna
syuhada telah mengisimu dalam ribaan pertiwi
penuh suci dengan mendambakan pahala kemerdekaan sempurna
bakti diri
menyirat makna yang perlu kajian rasa

makam-makam tertanam tanpa nama
makam terhampar punya nama
yang tanpa kau sadari semua pahala akan berlari
ke ribaanmu demi perjuangan membela negeri
tapi akan mampukah aku
bila generasiku tanpa rasa ?

engkau tiada sadar diri terkapar penuh memar
badan terbungkus darah merah dengan senjata berujung runcing

merah putih terikat mengunjung
dan itulah engkau : pahlawanku !

kini aku datang melayang merenungi tanpa ragu
menaking rasa asih dalam benak sanubariku
aku datang meneropong tekad jiwaa mudamu dulu

kusuluhkan pada diriku
kudambakan demi nusaku
tapi mungkinkah
aku mampu memacu dirilu meneruskan rekad sucimu
penuh bakti ?


kini aku bangga, biar !
kini aku muda, memang sungguh !
kudatang membawa logika pada makam-makam tertanam
dan kini aku berseru tenpa ragu
“kemerdekaan ini harus abadi !”

Puisi Hartoyo Andangjaya

DARI SEORANG GURU KEPADA MURID-MURIDNYA
Karya : Hartoyo Andangjaya

Adakah yang kupunya, anak-anakku
selain buku-buku dan sedikit ilmu
sumber pengabdianku kepadamu.
Kalau hari Minggu kau datang ke rumahku
aku takut, anak-anakku
kursi-kursi tua yang di sana
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
semua padamu akan bercerita
tentang hidupku di rumah tangga

Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita
depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja
horison yang selalu biru bagiku
karena kutahu, anak-anakku
engkau terlalu muda
engkau terlalu bersih dari dosa
untuk mengenal ini semua




PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA
Karya : Hartoyo Andangjaya

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka
di atas roda-roda baja mereka berkendara
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa




RAKYAT
Karya : Hartoyo Andangjaya

hadiah di hari krida
buat siswa-siswa SMA Negeri
Simpang Empat, Pasaman


Rakyat ialah kita
jutaaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja

Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka

Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka

Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang beringat
gunung batu berwarna coklat
di laut
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi di wajah semesta

Rakyat ialah kita
darah di tubuh bangsa
debar sepanjang masa

Puisi D. Zawawi Imron

MABUK BULAN NOPEMBER
Karya : D. Zawawi Imron

Kaulah harimauku, Surabaya !
Meski aku hanya seekor kepodang yang hinggap di beluntas
pagarmu, taring runcingmu menyaringkan riak darah,
hingga kuingin jadi banteng nenek moyang huruf-huruf
yang luntur di dahimu, padahal itu pesan seorang empu.

Ada bambu runcing kini jadi pemain sandiwara terkamu
jadi santai padahal dalam hatiku bergemuruh detak jantungmu,
karena ada yang nikmat kuingat : tubuh-tubuh sunyi
yang puisi adalah mummi

Surabaya, bangkitlah kembali sebagai harimau. Merdeka !
Rohku memamah puing-puingmu, menyusun tangis dan gerammu,
hingga aku bukan sekedar tugu tempat bunga-bunga layu dan
t e r m a n g u

Saksikanlah, inilah caraku ! Dalam lengahmu kupasang awasku.

Puisi Chairil Anwar

CERITA BUAT DIEN TAMAELA
Karya : Chairil Anwar

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu

Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut

Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan

Beta Pattirajawane, penjaga hutan pala
Beta api di pantai, siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama

Dalan sunyi malam gangga menari
Menurut beta punya tifa
Pohon pala, badan perawan jaddi
Hidup sampai pagi tiba

Maari menari !
Mari beria !
Mari berlupa !

Awas ! Jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu !

Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau …

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.

SUARA MALAM
Karya : Chairil Anwar

Dunia badai dan topan
Manusia mengingatkan “Kebakaran di hutan”
Jadi ke mana
Untuk damai dan reda ?
Mati
Barangkali ini diam kaku saja
Dengan ketenangan selama bersatu
Mengatasi suka dan duka
Kekebalan terhadap debu dan nafsu
Berbaring tak sedar
Seperti kapal pecah di dasar lautan
Jemu dipukul ombak besar
Atau ini
Pelebaran dalam tiada
Dan sekali akan menghadap cahaya

Ya Allah ! Badanku terbakar segala samar
Aku sudah melewati batas
Kembali ? intu tertutup dengan keras.





TAK SEPADAN
Karya : Chairil Anwar

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros.

Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.

Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak 'kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka.

Februari 1943





SENDIRI
Karya : Chairil Anwar

Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
Ia memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya

Ia membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya

Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakukan-menanti ia menyebut satu nama

Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!

Februari 1943





AKU
Karya : Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943





PENERIMAAN
Karya : Chairil Anwar

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.


Maret 1943





HAMPA
Karya : Chairil Anwar

kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.





DOA
Karya : Chairil Anwar

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943





SAJAK PUTIH
Karya : Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...





SENJA DI PELABUHAN KECIL
Karya : Chairil Anwar

buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946





MALAM DI PEGUNUNGAN
Karya : Chairil Anwar

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

1947





YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
Karya : Chairil Anwar

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

1949





DERAI DERAI CEMARA
Karya : Chairil Anwar

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949





CINTAKU JAUH DI PULAU
Karya : Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946





NISAN
Karya : Chairil Anwar

Untuk nenekanda

Bukan kematian benar membusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak tahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta





DIPONEGORO
Karya : Chairil Anwar

Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju

Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serang
Terjang





MIRAT MUDA
Karya : Chairil Anwar

Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah
Menatap lama ke dalam pandangannya
coba memisah matanya menantang
yang satu tajam dan jujur yang sebelah

Ketika diadukannya giginya pada
mulut Chairil; dan bertanya : Adakah, adakah
kau selalu mesra dan aku bagimu indah?
Mirat raba urut Chairil, raba dada
dan tahulah dia kini, bisa katakan
dan tunjukkan dengan pasti di mana
menghidup jiwa, menghembuskan nyawa
Liang jiwa-nyawa saling berganti. Dia
rapatkan

Dirinya pada Chairil makin sehati;
hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas
Hiduplah Mirat dan Chairil dengan deras,
menuntut tingi tiada setapak berjarak
dengan mati.





MALAM
Karya : Chairil Anwar

Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
- Thermopylae? -
- jagal tidak dikenal? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang





KERAWANG BEKASI
Karya : Chairil Anwar

Kami yang terbaring antara Kerawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi





DI MESJID
Karya : Chairil Anwar

Kuseru saja Dia
sehingga datang juga
Kamipun bermuka-muka

seterusnya ia bernyala-nyala dalam dada
Segala daya memadamkannya

Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda

Ini ruang
gelanggang kami berperang

Binasa membinasa
satu menista lain gila





PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
Karya : Chairil Anwar

Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh





SELAMAT TINGGAL
Karya : Chairil Anwar

Aku berkaca

Ini muka penuh luka
Siapa punya?

Kudengar seru menderu
-- dalam hatiku? --
Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah...!!

Segala menebal, segela mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal...!!





KEPADA KAWAN
Karya : Chairil Anwar

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang 'tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertunas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah terkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan,
Peluk kuncup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat,
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi.
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!





ISA
Karya : Chairil Anwar

Kepada Nasrani sejati

Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya: aku salah?

kulihat Tuhan mengucur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa
bertukar tangkap dengan segera

mengatup luka
aku bersuka

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah





RUMAHKU
Karya : Chairil Anwar

Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak

Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan

Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana

Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak

Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu.

Puisi Bur Rasuanto

TELAH GUGUR BEBERAPA NAMA
Karya : Bur Rasuanto

Telah gugur beberapa nama
telah gugur
atas nama kita semua
warna yang berhati damai yang bertahun
telah diperhamba
atas nama jiwa-jiwa agung
yang namanya terpahat di hati kita
serta atas nama sejarah dan kemanusiaan
yang dengan paksa telah dibengkokkan

Telah gugur beberapa nama
telah gugur
dan semua yang mengerti
akan makna keadilan dan harga diri
mengenakan lencana belasungkawa
bersama doa di tepi jalan
melepas pawai duka ke pemakaman
atau serta dalam barisan
dan berbagai simpati tak terucapkan
telah gugur beberapa nama
telah gugur
atas kehilangan kita semua, atas suka kita semua
atas simpati yang tak terkirakan ini
apakah lagi yang lebih berharga
dari segala upacara dan pernyataan
selain nanti pada ziarah yang pertama

Puisi Budiman S. Hartojo

DOA SEBELUM TIDUR
Karya : Budiman S. Hartojo

Maafkan saya, Tuhan
baru kali ini sempat mengingat-Mu
Maafkan saya, Tuhan
mungkin besok aku lupa lagi

Aku akan tidur
mungkin beberapa jam saja
kini terserah pada-Mu
nasibku terlena dipangkuan-Mu

Aku tak biasa
berdoa panjang-panjang
Hanya kuminta
tolong damaikan dunia
selama aku lelap tidur dan terlupa

Aku tahu engkau tak kan tidur
dan tak kunjung lupa
Oleh karena itu
sebelum tidur kuminta pada-Mu
apa saja yang baik
untukku
dan untuik siapa saja

(Ah, barangkali Kau tertawaa
Tapi betapa pun
maafkan daku).

Puisi Asrul Sani



SURAT DARI IBU
Karya : Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
dan warna senja belim kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”





ELANG LAUT
Karya : Asrul Sani


Ada elang laut terbang
senja hari
antara jingga dan merah
surya hendak turun,
pergi ke sarangnya.

Apakah ia tahu juga,
bahwa panggilan cinta
tiada ditahan kabut
yang menguap pagi hari ?

bunyinya menguak suram
lambat-lambat
mendekat, ke atas runyam
karang putih,
makin nyata.

Sekali ini jemu dan keringat
tiada kan punya daya
tapi topan tiada mau
dan mengembus ke alam luas.

Jatuh elang laut
ke air biru, tenggelam
dan tiada timbul lagi.


Rumahnya di gunung kelabu
akan terus sunyi,
satu-satu akan jatuh membangkai
ke bumi, bayi-bayi kecil tiada
bersuara.

Hanya anjing,
malam hari meraung menyalak bulan
yang melengkung sunyi.
Suaranya melandai
turun ke pantai
Jika segala senyap pula,
berkata pemukat tua :
“Anjing meratapi orang mati !”

Elang laut telah
hilang ke lunas kelam
topan tiada bertanya
hendak ke mana dia.
Dan makhluk kecil
yang membangkai di bawah
pohon eru, tiada pula akan
berkata :
“Ibu kami tiada pulang.”





MANTERA
Karya : Asrul Sani

Raja dari batu hitam,
Di balik rimba kelam
Naga malam,
Mari kemari !

Aku laksamana dari lautan menghentam malam hari
Aku panglima dari segala burung rajawali
Aku tutup segala kota, aku sebar segala api,
Aku jadikan belantara, jadi hutan mati.

Tapi aku jaga supaya janda-janda tidak diperkosa,
Budak-budak tidur di pangkuan bunda
Siapa kenal daku, akan kenal bahagia
Tiada takut pada pitam,
Tiada takut pada kelam
Pitam dan kelam punya aku

Raja dari batu hitam,
Di balik rimba kelam,
Naga malam,
Mari kemari !

Jaga segala gadis berhias diri,
Biar mereka pesta dan menari
Meningkah rebana

Aku akan berbyanyi,
Engkau akan terima cintaku.
Siapa bercinta dengan aku,
Akan bercinta dengan tiada akhir hari.

Raja dari batu hitam, di balik rimba kelam,
Naga malam,
Mari kemari,
Mari kemari,
Mati !

Minggu, 13 Juli 2008

Puisi Arifin C. Noor



KEPADA ADIK-ADIKKU
Karya : Arifin C. Noor

Adik-adikku yang manis
janganlah bertanya kemana ibu pergi
sebab ibu tak pernah pergi
dari rumah kita

Adik-adikku yang manis,
ibu akan selalu bersama kita
tidur dalam satu ranjang dalam satu pelukan
dalam dongeng-dongeng yang menyenangkan
tentang suara

Adik-adikku yang manis,
janganlah kalian menangis
tak adalah yang patut ditangisi selain dosa-dosa kita
adapun ibu tak akan pernah pergi
dari hati kita
Bersyukurlah kita sebab kita akan selalu mengenangnya

Adik-adikku yang manis,
potret yang terbaik, potret yang tercantik
adalah yang tersimpan dalam hati kita
“Terima kasih, Tuhan”
Ucapkanlah kalimat itu, sayang,
sebab pada hari ini Tuhan telah selesai membangun rumah terindah
buat ibu
dan kita
Amien.

PUISI AOH KARTAHADIMAJA



KE DESA
Karya : Aoh Kartahadimaja

‘Rang kota !
pernahkan Tuan pergi ke desa,
menghirup bumi,
baru mencangkul menyegar rasa ?

Pernahkah Tuan duduk di tengan ladang,
dengan peladang bersendau gurau,
menunggu jagung dalam ungun,
sebelum pacul kelak mengayun ?

Pernahkah Tuan tegak di tepi sawah,
padi beriak menyibak sukma,
pipit bercicit,
riang haram bersusah ?

Pernahkah Tuan liat air berdesau,
dicegah batu mebuih putih,
julung beriring berbondong-bondong,
hati terpaut ingin turut berenang-renang ?

Pernahkah Tuan pergi ke kampung,
melihat perawan menumbuk padi,
gelak tertawa disertai suara lesung,
mengenyah duka ‘ri dalam hati ?

Pernahkah tuan, pernahkah,
ah, setahu apa beta menggubah,
bila tuan ingin mencari perawan rengsa,
pergilah tuan, pergi ke desa.

Puisi Amir Hamzah



BATU BELAH
(Kabaran)
Karya : Amir Hamzah

Dalam rimba rumah sebuah
Teratak bamboo terlampau tua
Angin menyusup di lubang tepas
Bergulung naik di sudut sunyi

Kayu tua membetul tinggi
Membukak puncak jauh di atas
Bagai perarakan melintas negeri
Paying menaung jemala raja

Ibu papa beranak seorang
Manja bena terada-ada
Lagu lagak tiada disangkak
Mana tempat ibu meminta.

Telur kemahang minta carikan
Untuk lauk di nasi sejuk

Tiada sayang ;
Dalam rimba telur kemahang
Mana daya ibu mencari
Mana tempat ibu meminta

Anak lasak mengisak panjang
Menyabak merunta mengguling diri
Kasihan ibu berhancur hati
Lemah jiwa karena cinta


Dengar … dengar !
Dari jauh suara sayup
Mengalun sampai memecah sepi
Menyata rupa mengasing kata

Rang … rang … rangkup
Rang … rang … rangkup
Batu belah batu bertangkup
Ngeri berbunyi berganda kali

Diam ibu berpikir panjang
Lupa anak menangis hampir
Kalau begini susahnya hidup
Biar ditelan batu bertangkup

Kembali pula suara bergelora
Bagai ombak datang menampar
Macamsorak semarai ramai
Karena ada hati berbimbang

Menyahut ibu sambil tersedu
Melagu langsing suara susah :

Batu belah batu bertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiada kutakut
Sudah demikian kuperbuat janji

Bangkit bonda berjalan pelan
Tangis anak bertambah kuat
Rasa risau bermaharajalela
Menghambat kaki melangkah cepat


Jauh ibu lenyap di mata
Timbul takut di hati kecil
Gelombang bimbang mengharu pikr
Berkata jiwa menanya bonda

Lekas –antas memburu ibu
Sambil tersedu rindu berseru
Dari sisi suara sampai
Suara raya batu bertangkup.

Lompat iobu ke mulut batu
Besar terbuka menunggu mangsa
Tutup terkatup mulut ternganga
Berderik-derik tulang belulang

Terbuka pula, merah basah
Mulut maut menunggu mangsa
Lapar lebar tercingah pangah
Meraung riang mengecap sedap …

Tiba dara kecil sendu
Menangis pedih mencari ibu
Terlihat cerah darah merah
Mengerti hati bonda tiada

Melompat dara kecil sendu
Menurut hati menaruh rindu …

Batu belah batu bertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiadaku takut
Sudah demikian kuperbuat janji.





IBUKU DAHULU
Karya : Amir Hamzah

Ibuku dahulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Aku pun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa yang terjadi.

Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya pedih karena lakuku

Terus aku berkesal hati
Menurutkan setan mengacau-balau
Jurang celaka terpandang di muka
Kusongsong juga biar cedera

Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkumnya segera dikecupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau :
Ibu, bapa kekasih pula
Berpadu satu dalam dirimu
Mengawas daku dalam dunia.





KARENA KASIHMU
Karya : Amir Hamzah


Karena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu

Aku ingin rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera

Berulang-ulang kuintai-intai
Terus-menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan

Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Di ujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna di tengan gembala

Sunyi sepi pitunang poyang
Tidak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melansing
Haram gemerincing genta rebana

Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya





KARENA KASIHMU
Karya : Amir Hamzah

Karena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu

Aku ingin rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera

Berulang-ulang kuintai-intai
Terus-menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan

Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Di ujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna di tengan gembala

Sunyi sepi pitunang poyang
Tidak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melansing
Haram gemerincing genta rebana

Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya





PADAMU JUA
Karya : Amir Hamzah

Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa

Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya merangkai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar dengan lepas

Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu - bukan giliranku
Mati hati - bukan kawanku … .

Sabtu, 12 Juli 2008

Puisi Agnes Arswendo

SAJAK KUCING KECIL
Karya : Agnes Arswendo

Kucing kecil, lompat riang
meloncat lucu, seperti anak-anak
mata bulat, tanpa prasangka
o, indahnya persahabatan ini
seakan tak lepas di lain hari

Kucing kecil, lompatlah ke pangkuanku
aku sukla nakalmu, nakal anak-anakku
di sudut, kau suka sembunyi
aman ?
anakku riuh mencarimu
pertanda sayang ?
percayalah.

Tapi ingat kucingku
tak boleh kau menggigit, biarpun tak sakit
tak boleh kau mencakar, biarpun tak memar
tak boleh kotor bulumu
tak boleh ada kutumu, biarpun Satu

Sayangku, jangan kau salah sangka
aku akan kecewa
karena kita akan menunggu dengan sia-sia
demikianlah hidup tak boleh salah
tak boleh bertingkah.

Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006/2007

Permendiknas RI No. 45 Th. 2006 ttg. Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006/2007 [Download]

POS Ujian Nasional :
01. Pengantar POS Ujian Nasional [Download]
02. POS Ujian Nasional [Download]

POS Ujian Sekolah :
01. Keputusan BSNP tentang Perubahan POS US [Download]
02. Kata Pengantar POS US [Download]
03. SK POS US [Download]
04. Lampiran 1 POS US SD [Download]
05. Lampiran 2 POS US SMP [Download]
06. Lampiran 3 POS US SMA [Download]
07. Lampiran 4 POS US SMK [Download]
08. Lampiran 5 POS US SDLB [Download]
09. Lampiran 6 POS US SMPLB [Download]
10. Lampiran 7 POS US SMALB [Download]

SKL :
01. SMP/MTs. [Download]
02. SMPLB [Download]
03. SMA/MA [Download]
04. SMALB [Download]
05. SMK [Download]


Panduan Materi Ujian Nasional :
SMP :
01. Bahasa Indonesia [Download]
02. Bahasa Inggris [Download]
03. Matematika [Download]

SMA/MA :
Program Bahasa :
01. Bahasa Indonesia [Download]
02. Bahasa Arab [Download]
03. Bahasa Perancis [Download]
04. Bahasa Jerman [Download]
05. Bahasa Jepang [Download]
06. Bahasa Mandarin [Download]

Program IPA : Matematika [Download]
Program IPS : Ekonomi [Download]
Program IPA / IPS : Bahasa Indonesia [Download]
Program IPA / IPS / Bahasa : Bahasa Inggris [Download]

SMK :
01. Bahasa Indonesia [Download]
02. Bahasa Inggris [Download]
03. Matematika - Bisnis Manajemen [Download]
04. Matematika - Seni, Pariwisata dan Teknologi [Download]
05. Matematika - Teknologi [Download]

UN 2005/2006

o1. Permendiknas No. 20 Tahun 2005/2006 [Download]
o2. POS Ujian Nasional 2005/2006 [Download]

Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2004/2005

PEDOMAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH :

01. UAS SD [Download]
02. UAS SDLB [Download]
03. UAS SMP [Download]
04. UAS SMA [Download]
05. UAS SMPLB/SMALB [Download]
06. UAS SMK [Download]


PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA :
01. Permendiknas RI No. 1 Th. 2005 ttg. Ujian Nasional Th. Pel. 2004/2005 [Download]
02. Lampiran II Permendiknas RI No. 1 Th. 2005 [Download]


UJIAN NASIONAL dan UJIAN SEKOLAH SD/MI :
Panduan Ujian Nasional dengan Kurikulum 1994
01. MI - Aqidah Akhlak [Download]
02. MI - Bahasa Arab [Download]
03. MI - Fiqih [Download]
04. MI - Qur’an Hadits [Download]
05. MI - Sejarah Kebudayaan Islam [Download]
06. SD - Agama Budha [Download]
07. SD - Agama Hindu [Download]
08. SD - Agama Katolik [Download]
09. SD - Agama Kristen [Download]
10. SD/MI - Agama Islam [Download]
11. SD/MI - Bahasa Indonesia [Download]
12. SD/MI - Ilmu Pengetahuan Sosial [Download]
13. SD/MI - Kertakes [Download]
14. SD/MI - Matematika [Download]
15. SD/MI - Penjaskes [Download]
16. SD/MI - PPKn [Download]


Panduan Ujian Sekolah dengan Kurikulum 2004
01. SD - Agama Budha [Download]
02. SD - Agama Hindu [Download]
03. SD - Agama Katolik [Download]
04. SD - Agama Kristen [Download]
05. SD/MI - Agama Islam [Download]
06. SD/MI - Bahasa Indonesia [Download]
07. SD/MI - Pengetahuan Sosial [Download]
08. SD/MI - Kertakes [Download]
09. SD/MI - Matematika [Download]
10. SD/MI - Pendidikan Jasmani [Download]
11. SD/MI - Sain [Download]
12. SD/MI – Teknologi Informasi dan Komunikasi [Download]


SMP/MTs. :
PEDOMAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH SMP/MTs. [Download]


PANDUAN MATERI UJIAN NASIONAL :
Panduan Materi Ujian Nasional dengan Kurikulum 1994 :
01. Bahasa Indonesia [Download]
02. Bahasa Inggris [Download]
03. Matematika [Download]


Panduan Materi Ujian Nasional dengan Kurikulum 2004 :
01. Bahasa Indonesia [Download]
02. Bahasa Inggris [Download]
03. Matematika [Download]


PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH :
Panduan Materi Ujian Sekolah SMP dengan Kurikulum 2004 :
01. Pendidikan Agama Islam [Download]
02. Pendidikan Agama Katolik [Download]
03. Pendidikan Agama Kristen [Download]
04. Pendidikan Agama Hindu [Download]
05. Pendidikan Agama Budha [Download]
06. Bahasa Indonesia [Download]
07. Bahasa Inggris [Download]
08. Pendidikan Kewarganegaraan [Download]
09. Sains [Download]
10. Pengetahuan Sosial [Download]
11. Pendidikan Jasmani [Download]
12. Pendidikan Keenian [Download]
13. Ketrampilan [Download]
14. Teknologi Informasi dan Komunikasi [Download]


Panduan Materi Ujian Sekolah MTs. dengan Kurikulum 1994 :
01. Aqidah Akhlak [Download]
02. Bahasa Arab [Download]
03. Fiqih [Download]
04. Qur’an Hadits [Download]
05. Sejarah Kebudayaan Islam [Download]


Panduan Materi Ujian Sekolah SMP/MTs. dengan Kurikulum 1994 :
01. Pendidikan Agama Islam [Download]
02. Pendidikan Agama Katolik [Download]
03. Pendidikan Agama Kristen [Download]
04. Pendidikan Agama Hindu [Download]
05. Pendidikan Agama Budha [Download]
06. Bahasa Indonesia [Download]
07. PPKn [Download]
08. Bahasa Inggris [Download]
09. Ilmu Pengetahuan Alam [Download]
10. Ilmu Pengetahuan Sosial [Download]
11. Kertakes [Download]


LEMBAR SOAL :
01. Bahasa Indonesia Paket 1 [Download]
02. Bahasa Inggris Paket 1 [Download]
03. Matematika Paket 1 [Download]


SMA / MA / SMK :

PANDUAN UJIAN NASIONAL :

KURIKULUM 1994 :
Bahasa :
01. Bahasa Indonesia [Download]
02. Bahasa Inggris [Download]
03. Bahasa Perancis [Download]
04. Bahasa Jerman [Download]
05. Bahasa Arab [Download]
06. Bahasa Mandarin [Download]


IPA : Matematika [Download]


IPA / IPS :
01. Bahasa dan Sastra Indonesia [Download]
02. Bahasa Inggris [Download]


IPS : Ekonomi [Download]


KURIKULUM 2004 :
Bahasa :
01. Bahasa Indonesia [Download]
02. Bahasa Arab [Download]
03. Bahasa Jepang [Download]
04. Bahasa Jerman [Download]
05. Bahasa Mandarin [Download]


IPA : Matematika [Download]

IPA / IPS : Bahasa dan Sastra Indonesia [Download]


IPA / IPS / BAHASA : Bahasa Inggris [Download]

IPS : Ekonomi [Download]


PANDUAN UJIAN SEKOLAH :

KURIKULUM 1994 :
MA :
01. Bahasa Arab [Download]
02. Fiqih [Download]
03. Qur’an Hadits [Download]
04. Sejarah Kebudayaan Islam [Download]


SMA : Bahasa Inggris [Download]



SMA / MA :
01. Bahasa Indonesia [Download]
02. Biologi [Download]
03. Kimia [Download]
04. Antropologi [Download]
05. Sosiologi [Download]
06. Tata Negara [Download]
07. Bahasa dan Sastra Indonesia [Download]
08. Fisika [Download]
09. Penjaskes [Download]
10. Sastra Indonesia [Download]
11. Sejarah Budaya [Download]
12. Sejarah Nasional [Download]


SMA / MA / SMK :
01. Pendidikan Agama Islam [Download]
02. PPKn [Download]

Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004

Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004

SMP :
Panduan Materi UAN :
01. Bahasa Indonesia (Download)
02. Bahasa Inggris (Download)
03. Matematika (Download)

Soal UAN :
01. Bahasa Indonesia Paket 1 (Download)
02. Bahasa Indonesia Paket 2 (Download)
03. Bahasa Inggris Paket 1 (Download)
04. Bahasa Inggris Paket 2 (Download)
05. Matematika Paket 1 (Download)
06. Matematika Paket 2 (Download)

SMA/SMK
Panduan Materi UAN SMA/MA Program Studi Bahasa :
01. Bahasa Indonesia (Download)
02. Bahasa Inggris (Download)
03. Bahasa Perancis (Download)
04. Bahasa Jerman (Download)
05. Bahasa Arab (Download)

Panduan Materi UAN SMA/MA Program Studi IPA : Matematika (Download)

Panduan Materi UAN SMA/MA Program Studi IPA dan IPS : Bahasa Indonesia (Download)

Soal SMA Bahasa :
01. Bahasa Indonesia Paket 1 (Download)
02. Bahasa Indonesia Paket 2 (Download)
03. Bahasa Inggris Paket 1 (Download)
04. Bahasa Inggris Paket 2 (Download)
05. Bahasa Perancis Paket 1 (Download)
06. Bahasa Perancis Paket 2 (Download)
07. Bahasa Jerman Paket 1 (Download)
08. Bahasa Jerman Paket 2 (Download)

Soal SMA IPA
01. Matematika Paket 1 (Download)
02. Matematika Paket 2 (Download)

Soal SMA IPA/IPS :
01. Bahasa Indonesia Paket 1
02. Bahasa Indonesia Paket 2
03. Bahasa Inggris Paket 1
04. Bahasa Inggris Paket 2 (Download)
05. Ekonomi Paket 1 (Download)
06. Ekonomi Paket 2 (Download)

Soal SMK :
01. Bahasa Indonesia Paket 1 (Download)
02. Bahasa Indonesia Paket 2 (Download)
03. Bahasa Inggris Paket 1 (Download)
04. Bahasa Inggris Paket 2 (Download)
05. Matematika Non Teknis Bisnis Manajemen Paket 1 (Download)
06. Matematika Non Teknis Bisnis Manajemen Paket 2 (Download)
07. Matematika Teknik Industri Paket 1 (Download)
08. Matematika Teknik Industri Paket 2 (Download)
09. Matematika Teknik Kesehatan Paket 1 (Download)
10. Matematika Non Teknik Pariwisata Paket 1 (Download)
11. Matematika Non Teknik Pariwisata Paket 2 (Download)
12. Matematika Non Teknik Pekerjaan Sosial Paket 1 (Download)
13. Matematika Non Teknik Pekerjaan Sosial Paket 2 (Download)
14. Matematika Teknik Pertanian Paket 1 (Download)
15. Matematika Teknik Pertanian Paket 2 (Download)

Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2002/2003

Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2002/2003

Soal Ujian Nasional SMP :
01. Bahasa Indonesia P1 (Download)
02. Bahasa Indonesia P2 (Download)
03. Bahasa Indonesia P3 (Download)
04. Bahasa Inggris P1 (Download)
05. Bahasa Inggris P2 (Download)
06. Bahasa Inggris P3 (Download)
07. Matematika P1 (Download)
08. Matematika P2 (Download)
09. Matematika P3 (Download)

Soal Ujian Nasional SMA :
01. Bahasa Indonesia Kelas Bahasa Paket 1 (Download)
02. Bahasa Indonesia Kelas Bahasa Paket 2 (Download)
03. Bahasa Indonesia Paket 1 (Download)
04. Bahasa Indonesia Paket 2 (Download)
05. Bahasa Indonesia Paket 3 (Download)
06. Bahasa Inggris Kelas Bahasa Paket 1 (Download)
07. Bahasa Inggris Kelas Bahasa Paket 2 (Download)
08. Bahasa Inggris Kelas Bahasa Paket 3 (Download)
09. Bahasa Inggris Paket 1 (Download)
10. Bahasa Inggris Paket 2 (Download)
11. Bahasa Jerman Paket 1 (Download)
12. Bahasa Jerman Paket 2 (Download)
13. Bahasa Perancis Paket 1 (Download)
14. Bahasa Perancis Paket 2 (Download)
15. Matematika Paket 1 (Download)
16. Matematika Paket 2 (Download)